Adikku Kesakitan - Leukemia

Adikku Kesakitan - Leukemia,kanker darah, leukimia adikku, penyakit leukimia
Adikku kesakitan - leukimia
Riuh sorak sorai semangat anak-anak kecil dipagi hari yang begitu riang menyambut datangnya pagi untuk bergegas bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Dipagi itu disuatu dusun yang tidak begitu besar dimana keluargaku tinggal. Keluarga yang terdiri dari 5 orang ini tergolong keluarga yang cukup harmonis tapi sayang kami tidak tergolong keluarga yang cukup harta. Ayahku yang bekerja sebagai tukang las dengan gaji yang pas-pasan harus menghidupi kami sebagai anak-anaknya, sedangkan ibuku yang hanya ibu rumah tangga tak bisa membantu apa-apa dalam hal keuangan. Yah, sebagai anak kamu juga tidak menuntut lebih dari ayah, ayah adalah pahlawan bagi kami sekeluarga.

Wah sampai lupa aku belum memperkenalkan namaku. Aku seorang siswa SMU namaku Ana, aku mempunyai 2 adik laki-laki dan perempuan. Aku gadis berjilbab yang mempunyai cita-cita ingin menjadi guru. Singkat cerita aku adalah gadis yang kurang bergaul dengan teman-teman sepantaran didesaku maklum aku sebelum menginjak SMU aku hidup dan belajar disebua pondok Islami karna benturan biaya aku tidak dapat melanjutkan SMU ku di pondok itu. Sebenarnya berat untuk berpisah dengan teman-temanku di pondok tapi apalah dayaku aku tak mau membebani orang tuaku dan akhirnya aku memutuskan keluar dan melanjutkan SMU di desa. Nabil nama adik laki-lakiku dia berumur 9 tahun yang saat ini sedang menginjak kelas 4 Sekolah Dasar.

Perawakannya yang kecil yang membuat setiap orang tak percaya dia sudah menginjak kelas 4 Sekolah Dasar, yah patutnya sih mungkin kelas 2 Sekolah Dasar. Walaupun, kami berasal dari keluarga yang kurang mampu tapi Alhamdulillah Alloh memberikan kami akan, fisik yang sempurna, yah kami tergolong anak yang cukup cerdas didalam kelas dibandingkan teman-teman. Kalau ada si Bela adik terakhirku dia masih berumur 4 tahun dia sangat lucu, imut dan menggemaskan.

Berawal pada cerita di suatu sore dikeramaian desaku yang penuh anak-anak yang sedang bermain. Sore ini awal dari kesakitan adikku Nabil, seperti kebanyakan anak kecil biasa merasakan panas atau demam badan. Mungkin karena capeknya seharian bermain dengan teman-temannya adikku Nabil mengalami demam yang sangat tinggi aku sebagi kakak perempuan sebisa mungkin aku merawat adikku, mulai demam itu dia susah untuk makan mulutnya dibungkam tak mau makan, untuk membujuknya makan sesuap nasi saja butuh waktu satu jam uch…. Jengkel juga tapi aku harus sabar anak-anak kalau sakit memang maunya dimanja dan diperhatikan.

Sampai malam aku tak bisa tidur karna demam adikku si Nabil belum juga turun laku akhirnya kami minta pertolongan saudara terdekat untuk membawa ke rumah sakit yang terdekat dan terjangkau masalah biaya. Setelah sampai dipukesmas, setelah dilakukan beberapa cek laboratorium ternyata adikku harus di pindahkan ke Rumah Sakit yang lebih besar dan lebih lengkap secara medis, akhirnya adikku dipindahkan ke rumah sakit yang cukup ternama di kota Yogyakarta. Sehari dirawat dirumah sakit itu adikku terlihat pucat, lemas dan bingung, setelah dilakukan kembali cek laboratorium ternyata adikku positif dinyatakan mengidap Leukimia atau kanker darah. Sungguh betapa terpukulnya aku mendengar keputusan dokter pada siang itu. Apalagi kedua orang tuaku seperti terhujam batu besar dari gunung yang mengenai dada sangat menyakitkan bagi kami sangat menyesak dada kami.

Ya Alloh ujian apalagi ya Alloh yang engkau anugerahkan kepada keluarga kami ???
ya Alloh kenapa harus keluarga kami yang merasakan cobaan-MU ini ya Alloh ???
Apa kami sanggup ya Alloh ???

Tak hentinya aku menangis disudut kamar kenapa harus adikku yang harus merasakan kesakitan ini ?
Tuhan berikanlah kami semua kekuatan, berikanlah adikku kekuatan untuk menghadapi penyakit yang dideritanya Tuhan. Hanya kepada-MU kami memohon dan hanya kepada-MU kami berserah diri. Dua hari dirawat di Rumah Sakit itu kepada adikku mulai menurun. Cahaya wajahnya semakin lemas, pucat ya Alloh aku tak tega melihat adikku seperti ini.

Dengan halus aku usap wajahnya dengan tulus aku cium keningnya ya Alloh begitu sakit menyesak didada ini ya Alloh. Adikku bertanya kenapa kak Ana meneteskan air mata ? sebenarnya Nabil sakit apa kak ?? dengan muka penuh pertanyaan dan berharap aku untuk menjawabnya mukanya begitu polos tak berdaya mengidap penyakit itu. Akhirnya aku jawab dengan berbohong dan menyembunyikan semuanya “Dik Nabil nggak sakit apa-apa cuma harus dirawat dirumah sakit ini sampai sembuh mungkin agak lama tapi kak Ana akan selalu teman Dik Nabil, jadi Dik Nabil jangan sedih ya kita disini semua sayang, cinta dik Nabil dan berusaha agar semua bisa kembali seperti hari-hari kemarin yang menyenangkan”. Ya kak…. Jawab adikku sambil menggegam tangaku dengan erat dik Nabil gak mau ditinggal kakak, maunya ditunggu kakak setiap hari.

Sebhanalloh ya Alloh hatiku tak kuat mendengar permintaan adikku ini. Mungkin dia berfirasat buruk. Seminggu berada disana keadaan adikku semakin menurun kulitnya yang mulai kering badan yang mulai tambah kurus dan muka adikku yang tambah kusam. Mulai minggu itu kami sudah kebingungan mencari donor darah untuk adikku karna mulai waktu itu adikku membutuhkan pendonor untuk tubuhnya. Ya Alloh berikanlah kekuatan untuk adikku, ya Alloh pilihkan kesehatannya. Mulutku hanya bisa berucap do’a itu setiap saat karna mataku tak tega lagi melihat kesakitan yang dirasakannya.

Keluarga kerabat kami silih berganti menjengguk melihat keadaan adikku dirumah sakit. Ibu yang tak henti-hentinya meneteskan air mata membuatku semakin sesak untuk bernafas. Di lorong itu di lorong dimana semua penghuni lorong itu adalah si penderita Leukimia aku mendengar jeritan yang sangat keras dari mulut adik ku A a a a a a a a ibu u u u sakiiiiiiiiiitt !!!!

Sambil memagangi kepalanya adiku ters berteriak lalu tiba-tiba menetes lagi darah dari hidungnya, yang disertai dengan demam tinggi dalam tubuhnya. Merasakan kesakitan itu adikku mulai tak sadarkan diri, bergegas aku berlari berteriak memanggil suster agar dokter melihat keadaan adikku.

Selang beberapa waktu seorang dokter dan dua orang perawat datang ke ruangan tempat adikku dirawat, dengan penuh ketelitian dokter memeriksa keadaan adikku, dan selang beberapa jam adikku mulai sadar kembali. Dia berkata kepadaku “kak sakit” ya Alloh air mataku mengucur deras aku tak sanggup lagi menahannya melihat keadaan adikku.

Pada keesokan harinya terlihat dibantal yang sedang dipakai adikku ya Alloh Astagfirulloh rambut-rambut adikku mulai rontok tidak hanya sehelai dua helai tapi sudah banyak, rambut yang rontok dibantal itu. Ya Alloh aku tak bisa membayangkan betapa sakitnya yang dirasakan adikku.

Dua minggu berlalu disana, mungkin bosan, penat, suntuk, yang dirasakan adikku karna merasakan sakit itu dia berkata “kak aku mau pulang, aku mau sekolah, aku mau belajar, aku mau bermain, aku mau bertemu teman-temanku”.

Sabar dik hanya itu yang bisa aku ucap, dia memintaku untuk membelikan sebuah buku tulis dan bolpoint untuk apa? Itu pertanyaan pertama dalam hatiku. Tak membuang waktu lama aku bergegas keluar ruangan untuk membelikan sebuah buku tulis dan bolpoint permintaan adikku. Tak berapa lama sampai disana kuberi apa yang yang diminta adikku, dengan keadaan duduk buku disandakan dimeja untuk makan pasien diapun mulai menuliskan sesuatu.

Subhanalloh ya Alloh ternyata dia sedang membuat karangan dia membuat karangan menceritakan, mencurahkan apa yang dia alami dan dirasakannya. Lalu dia memberikan buku itu kepadaku memintaku untuk tidak membacanya saat ini, memintaku untuk menyimpannya di almari rumah, yaah anak-anak kadang permintaanya aneh.

Tapi setelah dia menuliskan ceritanya itu ku lihat wajahnya yang begitu ceria seperti sedang tak merasakan sakit apapun dan dia pun juga bilang “kak aku sudah sehat kak Ana, bilang sama pak dokter agar aku diperbolehkan pulang” aku cuma menjawab, ya dik nanti kakak bilang sama pak dokter. Aku pikir ini awal pulihnya kesehatan adikku tapi ternyata setelah hari itu keadaanya semakin menurun. Tak seperti hari kemarin yang wajahnya tampak segar ceria hari ini mulai lagi dia kesakitan akhirnya dokter memutuskan untuk di chemoteraphy, mulai chemoteraphy awal adikku sudah tidak bisa makan dengan menggunakan mulutnya keadaannya semakin lemah, selang mulai dipasang dikedua lubang  hidungnya untuk memberikan makanan kepada adikku ya Alloh betapa sakit yang dia rasakannya.

Tiga minggu tak terasa berada disana kulihat semakin jelas perbedaan kulit yang sangat menonjol dari adikku kulitnya berubah warna menjadi kebbiru-biruan seperti luka lebam rambut yang semakin rotok, badan yang semakin kurus, ya Alloh aku tak tega lagi melihat keadaan adikku.

Ya Alloh berikanlah jalan keluar yang terbaik menurut engkau ya Alloh, jangan kau siksa adikku seperti ini ya Alloh hamba mohon !!!

Pagi itu dihari Rabu dibulan Desember, pagi yang menurutku akan menjadi pagi yang tak akan terlupakan olehku adikku yang telah alam tidak mengeluarkan suara dari mulutnya pagi itu dia berkata “Ayah, Ibu, Kakak Nabil minta maaf Nabil sudah nggak kuat Nabil ingin pulang”. Setelah itu dia merasa ketakutan dia berteriak itu apa…. Itu apa Bu…. ??

Dia bilang dia melihat sesosok bayangan putih didekat pintu, setelah itu dia langsung merasa kesakitan darah keluar dari lubang hidung dan kami semua panik akhirnya dokter membawanya ke ruang ICU memberikan pertolongan kami bertiga ikut melihat dari kejauhan dari dalam ICU lalu dokter meminta kami Ayah, Ibu dan Aku untuk mendekati adikku untuk menuntunnya berdo’a dan mendo’akannya. Kata-kata terakhir yang terucap dari melut adikku “LA ILLA HA ILLALLOH, ALLOH HUAKBAR” dan setelah dia dapat mengucap itu dengan halusnya dia hempaskan nafas terakhirnya. Ya Alloh…. ALLOH HUAKBAR kami sontak mengucapkan kalimat itu mengiringi kepergian adikku.

“INANILLAHI WA INA ILAIHI ROJI’UN” air mata seluruh keluarga tak bisa terbendung lagi inilah akhir dari perjuangan seorang adik laki-lakiku. Tuhan telah mendengarkan do’aku, Tuhan telah memberikan jalan yang terbaik untuk adikku.

“Dik Nabil semoga jalanmu Tenang disisi-NYA”
AMIN

Setelah itu kami bergegas mengurus jenazahnya, kahirnya sampai dirumah semua tangis haru tetangga, saudara kerabat kami terpecah setelah jenazah adikku diturunkan. Akhirnya telah sampai acara pemakaman, nah.. inilah kisahku dan adikku yang merasakan kesakitan menanggung penyakit seberat itu.

Ini kisah nyata yang memang terjadi di dalam keluargaku.
Oleh    : Rina Aprilia Rahmawati
Editor  : ESW media

Description: Adikku Kesakitan - Leukemia, Rating: 4.5, Reviewer: Unknown, ItemReviewed: Adikku Kesakitan - Leukemia

0 comments:

Posting Komentar